Mitos dan Fakta Seputar Kesehatan - Part 2
Estimasi waktu membaca : 3 menit
Setelah kita mengupas tiga mitos utama dan melihat fakta-faktanya di bidang kesehatan kemarin, mari kita kembali untuk mengeksplorasi tiga mitos lainnya yang berkaitan dengan kesehatan!
- Masuk Angin Membaik Jika di Kerokin1-3
Mitos. Faktanya masuk angin tidak ada dalam istilah kedokteran. Gangguan yang dimaksud dengan masuk angin merupakan kumpulan gejala awal dari kemungkinan infeksi dengan gejala demam, sakit kepala, mual, muntah dan nyeri perut. Bagi orang Indonesia, kerokan adalah terapi pengobatan alternatif untuk meringankan gejala masuk angin. Nyatanya, metode menggosok dan menekan bagian permukaan tubuh akan menyebabkan nyeri pada kulit.
Warna pada kulit pun merupakan pertanda pembuluh darah halus (kapiler) di bawah permukaan kulit pecah. Inilah hal yang sebetulnya membahayakan, sebab saat pembuluh darah tersebut pecah, maka bisa menjadi sarang kuman dan menyebabkan infeksi lokal atau kondisi yang lebih berat karena terbawa aliran pembuluh darah ke seluruh tubuh.
Justru penggunaan rempah seperti jahe, kunyit, bawang dalam sediaan minyak dan jamu lah yang ternyata dapat membantu menghangatkan tubuh dan bersifat anti inflamasi yang dapat membuat tubuh terasa lebih baik. - Tidur dengan menyalakan kipas angin dapat berisiko menyebabkan masuk angin hingga paru-paru basah4
Mitos. Faktanya, tidur dengan kipas angin yang menyala memang terkait dengan beberapa masalah kesehatan, seperti Alergi dan asma. Hal ini disebabkan karena debu dan kotoran yang menempel di kipas angin akan berterbangan di dalam ruangan, kemudian terhirup dan meningkatkan risiko kekambuhan asma atau alergi. Oleh karena itu, ingatlah untuk rutin membersihkan kipas angin setiap bulan. - Telapak tangan berkeringat tanda penyakit jantung5
Mitos. Para ahli tidak mengetahui dengan pasti kenapa telapak tangan berkeringat secara berlebihan. Kondisi ini diduga disebabkan oleh kelenjar keringat di daerah tersebut yang menjadi lebih aktif dan sensitif.
Kelenjar keringat akan terstimulasi oleh saraf apabila seseorang merasa emosional, seperti terlalu bersemangat, gugup, dan takut atau cemas, serta banyak bergerak, kepanasan, atau mengonsumsi makanan pedas. Nah, ketika saraf bereaksi berlebihan, tubuh pun bisa banjir keringat, termasuk di telapak tangan.
Dalam beberapa kasus, telapak tangan berkeringat dialami turun-temurun dalam keluarga. Oleh sebab itu, faktor genetik pun kemungkinan dapat memengaruhi. Yang jelas, telapak tangan berkeringat bisa terjadi pada siapa saja, baik pria ataupun wanita.
Kondisi ini biasanya muncul pertama kali sebelum seseorang menginjak usia 25 tahun. Bahkan, banyak orang yang mengaku mengalami keringat berlebih ketika masih anak-anak. Namun, ini tidak menutup kemungkinan bahwa telapak tangan berkeringat baru terjadi setelah seseorang berusia dewasa.
Referensi :
- Anggoro FK, Jee BD. The Substance of Cold: Indonesians' Use of Cold Weather Theory to Explain Everyday Illnesses. Front Psychol. 2021;12:734044. Published 2021 Sep 16.
- Wardani RS, Schellack N, Govender T, et al. Treatment of the common cold with herbs used in Ayurveda and Jamu: monograph review and the science of ginger, liquorice, turmeric and peppermint. Drugs Context. 2023;12:2023-2-12. Published 2023 Jun 14.
- Marefati N, Ghorani V, Shakeri F, et al. A review of anti-inflammatory, antioxidant, and immunomodulatory effects of Allium cepa and its main constituents. Pharm Biol. 2021;59(1):287-302.
- Agustin S. Fakta Bahaya Tidur dengan Kipas Angin [Internet]. 2022 [cited 2024 March 04]. Available from: Link
- Bella A. Apakah Tangan Berkeringat Identik dengan Penyakit Jantung [Internet]. 2022 [cited 2024 March 04]. Available from: Link
Baca : Mitos dan Fakta Kesehatan Part 1