Trilogi Cinta: Genetik, Gelora, dan Dilema Perselingkuhan
Estimasi waktu membaca : 2 menit
Belakangan ini isu perselingkuhan merupakan topik panas yang kerap kali menjadi perbincangan di masyarakat termasuk public figure. Tidak jarang pelaku perselingkuhan memiliki satu atau dua selingkuhan sekaligus sehingga ada istilah mengatakan “perselingkuhan memang sifat yang sudah mandarah daging”.
Namun apakah istilah ini benar? Apakah perselingkuhan memang dipengaruhi oleh daging, tubuh dan bahkan genetik seseorang? Mari kita bahas di artikel ini.
Memahami Peran Genetic dalam Perilaku Selingkuh
Studi ilmiah menunjukkan ternyata, kebiasaan selingkuh memang bisa jadi dipengaruhi oleh gen hasil warisan genetik yang dipengaruhi oleh sebuah gen "ketidaksetiaan" yang disebut D4 polymorphism atau DRD4. Gen ini berperan dalam pembuatan dopamin, hormon yang diproduksi otak saat seseorang gembira atau senang. DRD4 juga berhubungan dengan perilaku mencari sensasi, pergaulan bebas, dan perselingkuhan.1
Setiap orang lahir membawa DRD4. Namun, bakat perselingkuhan ditentukan oleh varian serta ukuran dari gen DRD4. Merujuk penelitian terhadap 181 responden dalam Jurnal PLOS One (2010), menunjukkan bahwa orang dengan 7R+ atau variasi gen DRD4, memiliki kecenderungan melakukan perselingkuhan atau pergaulan bebas. Studi tersebut membuktikan sebanyak 50% dari responden dengan 7R+ tidak setia terhadap pasangannya. Sementara itu, hanya 22 persen dari para responden tanpa 7R+ yang tidak setia.1
Menurut peneliti, motivasi ketidaksetiaan itu berasal dari kesenangan di mana hormon dopamin dilepaskan. Mereka yang memiliki alel DRD4 lebih panjang akan cenderung mencari tantangan untuk meningkatkan asupan dopamin. Tantangan tersebut, salah satunya dengan menjalin hubungan lain di luar hubungan resmi. Meski begitu, para peneliti menegaskan, hubungan perselingkuhan dan faktor genetik ini masih perlu studi lebih lanjut.1
Selain DRD4, ada pula gen "perselingkuhan" lain yang di duga berperan terhadap sifat ketidaksetiaan seseorang, yaitu gen AVPR1A. Gen ini memproduksi hormon vasopressin yang mengatur rasa percaya, empati, dan ikatan seksual.2
Berdasarkan studi di Proceedings of the National Academy of Sciences (2008), laki-laki dengan alel gen AVPR1A lebih panjang cenderung tidak merasa terikat dengan pasangannya, atau dengan kata lain, mereka cenderung tidak setia terhadap pasangan. Alel yang lebih panjang juga mengindikasikan kebutuhan asupan hormon lebih banyak, sehingga memicu ketidaksetiaan untuk memenuhi kebutuhan hormon ini.2
Kendati gen berpengaruh pada perilaku selingkuh seseorang, perbuatan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lain karena pada dasarnya, perselingkuhan merupakan bentuk perwujudan perilaku yang sangat kompleks. Tidak hanya faktor dari dalam diri seseorang, namun dapat juga berasal dari faktor eksternal seperti lingkungan, pergaulan, dan takdir seseorang.3
Namun demikian, keberadaan gen tersebut juga bukan berarti gen ini secara otomatis mengendalikan perilaku manusia serta membenarkan ketidaksetiaan. Sebab kita sebagai manusia, sudah seharusnya bisa mengendalikan perilaku dan mengetahui mana yang benar dan salah.3
Kenali dirimu dan orang tersayangmu lebih dalam bersama pemeriksaan genetik bersama SUPERGENIX by Pathlab!
Referensi :
- Garcia JR, MacKillop J, Aller EL, Merriwether AM, Wilson DS, Lum JK. Associations between dopamine D4 receptor gene variation with both infidelity and sexual promiscuity. PLoS One. 2010;5(11):e14162. Published 2010 Nov 30. doi:10.1371/journal.pone.0014162
- Cherkas LF, Oelsner EC, Mak YT, Valdes A, Spector TD. Genetic influences on female infidelity and number of sexual partners in humans: a linkage and association study of the role of the vasopressin receptor gene (AVPR1A). Twin Res. 2004 Dec;7(6):649-58.
- Bishop DV. The interface between genetics and psychology: lessons from developmental dyslexia. Proc Biol Sci. 2015;282(1806):20143139. doi:10.1098/rspb.2014.3139