Osteoporosis: “Si Silent Killer” yang Perlu Anda Ketahui!
Perkiraan waktu baca : 3 menit
Osteoporosis adalah suatu keadaan patologis yang mempengaruhi kepadatan dan kualitas tulang, menyebabkan tulang menjadi mudah patah dan rentan. Meskipun cenderung terjadi pada orang yang lebih tua, beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang muda juga dapat rentan terhadap osteoporosis karena perubahan dalam faktor lingkungan, gaya hidup, pola makan, dan kondisi kesehatan. Berikut 7 fakta penting seputar osteoporosis yang kamu perlu ketahui.
1. Apa itu Osteoporosis?
Osteoporosis merupakan kondisi dimana kepadatan tulang mengalami penurunan, menyebabkan tulang menjadi rapuh dan rentan terhadap patah. Gejala osteoporosis jarang muncul, seringkali baru terdeteksi saat penderita mengalami kecelakaan atau cedera yang mengakibatkan patah tulang. Osteoporosis dapat menyerang siapa saja, termasuk anak-anak dan orang dewasa. Meskipun demikian, kondisi ini lebih umum terjadi pada wanita yang telah memasuki masa menopause. Penyebab utama osteoporosis adalah penurunan kadar hormon estrogen, yang memiliki peran penting dalam menjaga kepadatan tulang.
2. Apa Saja Penyebab Osteoporosis?
Osteoporosis terjadi akibat menurunnya kemampuan tubuh dalam meregenerasi tulang, mengakibatkan penurunan kepadatan tulang. Pengurangan kemampuan regenerasi ini umumnya dimulai sejak seseorang mencapai usia 35 tahun.
Selain faktor usia, terdapat beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis, seperti kekurangan vitamin D, hipokalsemia, gangguan hormon, kurangnya aktivitas fisik, penggunaan obat-obatan tertentu, dan kebiasaan merokok.
3. Gejala Osteoporosis
Gejala osteoporosis sering kali tidak muncul secara jelas. Kondisi ini biasanya baru terdeteksi ketika seseorang mengalami cedera yang menyebabkan patah tulang. Seiring dengan penurunan kepadatan tulang, penderita dapat mengalami tanda dan gejala berikut:
1. Rentan mengalami patah tulang meskipun akibat benturan ringan.
2. Nyeri pada bagian punggung yang seringkali disebabkan oleh patah tulang belakang.
3. Perubahan postur tubuh yang cenderung membungkuk.
4. Penurunan tinggi badan seiring dengan berkurangnya kepadatan tulang.
4. Pengobatan Osteoporosis
Tujuan dari tata laksana osteoporosis adalah untuk mencegah terjadinya patah tulang atau retak tulang. Apabila seseorang dengan osteoporosis memiliki risiko tinggi mengalami patah tulang, dokter dapat meresepkan obat-obatan dengan tujuan meningkatkan kepadatan tulang. Jika diperlukan, penderita dapat diberikan obat untuk merangsang pembentukan tulang. Selain itu, pasien juga akan dianjurkan untuk mengurangi aktivitas yang dapat menyebabkannya terjatuh atau mengalami cedera guna meminimalkan risiko patah tulang lebih lanjut.
5. Pencegahan Osteoporosis
Dalam beberapa situasi, mencegah osteoporosis dapat menjadi tugas yang sulit. Meskipun demikian, risiko terkena osteoporosis dapat dikurangi dengan menghentikan kebiasaan merokok, rutin berolahraga, mengonsumsi makanan yang kaya vitamin D dan kalsium seperti susu sapi atau susu kedelai, serta menjalani pemeriksaan tulang secara berkala. Beberapa pemeriksaan penanda tulang yang umum dilakukan antara lain: kalsium darah, beta ctx, osteocalsin dan vitamin D.
- Tes kalsium darah adalah pemeriksaan medis untuk mengukur kadar kalsium yang beredar dalam darah. Selain untuk tulang, mineral kalsium juga bermanfaat untuk membantu kerja saraf, otot, jantung, dan pembekuan darah. Pemeriksaan ini dapat mendiagnosis masalah kesehatan terkait kadar kalsium darah yang terlalu rendah (hipokalsemia) maupun terlalu tinggi (hiperkalsemia).
- Beta CTX salah satu marker tulang untuk menilai penurunan kepadatan tulang. Beberapa penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan resorpsi tulang pada wanita postmenopause yang diakibatkan penurunan hormone estrogen, yang akan beresiko untuk terjadinya osteopeni dan osteoporosis.
- Osteokalsin adalah protein penanda yang di produksi oleh osteoblast. Osteoblas merupakan sel yang berperan dalam pembentukan tulang. Kadar osteokalsin menunjukkan aktifitas pembentukan tulang.
- Vitamin D Vitamin ini berperan dalam menjaga kesehatan tulang dan gigi, serta sistem imunitas. Pemeriksaan kadar vitamin D dapat menunjukkan apakah kadar vitamin D kurang atau berlebih sehingga dapat mengetahui risiko terjadinya penyakit terkait tulang, imunitas, kadar mineral darah, hingga fungsi paratiroid.
Kesimpulan
Penting bagi kita untuk meningkatkan kesadaran mengenai osteoporosis dan menerapkan langkah-langkah pencegahan sedini mungkin. Pemeriksaan rutin, terutama untuk mereka yang berisiko tinggi, dapat membantu mendeteksi dan mengelola kondisi ini lebih efektif.
Referensi :
- Herath M, Cohen A, Ebeling PR, Milat F. Dilemmas in the Management of Osteoporosis in Younger Adults. JBMR Plus. 2022 Jan 19;6(1):e10594.
- Ji MX, Yu Q. Primary osteoporosis in postmenopausal women. Chronic Dis Transl Med. 2015 Mar 21;1(1):9-13.
- Gregson CL, Armstrong DJ, Bowden J, Cooper C, Edwards J, Gittoes NJL, Harvey N, Kanis J, Leyland S, Low R, McCloskey E, Moss K, Parker J, Paskins Z, Poole K, Reid DM, Stone M, Thomson J, Vine N, Compston J. UK clinical guideline for the prevention and treatment of osteoporosis. Arch Osteoporos. 2022 Apr 5;17(1):58.