Skrining Hipotiroid Kongenital: Mendukung Pertumbuhan dan Perkembangan Normal Anak

24 Jan 2024
Ivana Adi O.
Close-up doctor with stethoscopee

Perkiraan waktu membaca : 3 menit

Di bulan Januari ini, kementerian kesehatan menggencarkan skrining hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dengan tujuan menurunkan risiko kecacatan pada anak sedari dini sehingga bayi mendapatkan pengobatan dengan cepat dan tidak berdampak berat pada tumbuh kembang anak.1
Namun apakah yang dimaksud dengan skrining hipotiroid kongenital ini? Yuk kita bahas bersama

 

Hipotiroid Kongenital

Sebelum kita membahas mengenai apa itu skrining hipotiroid kongenital, kita harus memahami dulu apa itu hipotiroid kongenital. Hipotiroid kongenital adalah suatu gangguan fungsi kelenjar tiroid yang dialami sejak lahir (kongenital), sehingga bayi tersebut memiliki kadar hormon tiroid yang rendah (hipotiroid).1

Kondisi ini dapat ditemukan pada 1 dari 2000 bayi yang lahir di Indonesia. Terdapat beberapa faktor risiko hipotiroid kongenital. Namun, penyebab yang paling umum adalah kurangnya asupan yodium dari ibu hamil.2

 

Mengenali Gejala Hipotiroid Kongenital

Bayi dengan kelainan hipotiroid kongenital derajat ringan dapat tidak menunjukkan gejala-gejala yang khas. Namun pada derajat sedang-berat, beberapa gejala ini dapat muncul, diantaranya: 3

  • Wajah tampak sembab atau bengkak dengan lidah yang tebal dan besar.
  • Kulit dan mata menguning
  • Perut membengkak dan pusar menonjol
  • Tampak lesu dan lemah
  • Rambut kering dan mudah patah
  • Lengan dan tungkai tampak kerdil/pendek

Hipotiroid kongenital yang tidak terdeteksi sedari dini dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan anak di kemudian hari.3

Diagnosis Hipotiroid Kongenital

Skrining hipotiroid merupakan pemeriksaan yang wajib dilakukan saat bayi lahir. Skrining Hipotiroid Kongenital dilakukan dengan pengambilan sampel darah pada tumit bayi yang berusia minimal 48 sampai 72 jam dan maksimal 2 minggu oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan pemberi layanan Kesehatan Ibu dan Anak (baik FKTP maupun FKRTL), sebagai bagian dari pelayanan neonatal esensial.4

Darah diambil sebanyak 2-3 tetes dari tumit bayi kemudian diperiksa di laboratorium. Apabila hasilnya positif, bayi harus segera diobati sebelum usianya 1 bulan agar terhindar dari kecacatan, gangguan tumbuh kembang, keterbelakangan mental dan kognitif. 4

 

Dampak penyakit Hipotiroid Kongenital 

Hipotiroid kongenital yang tidak diobati dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat permanen. Jika bayi sudah menunjukkan gejala seperti: 4

  • Tubuh cebol
  • Lidah besar
  • Bibir tebal
  • Hidung pesek
  • Pusar menonjol
  • Kesulitan bicara
  • Keterbelakangan mental

 

Penanganan Hipotiroid Kongenital

Penanganan pertama untuk bayi yang memiliki hipotiroid kongenital adalah pemberian hormon tiroksin dalam bentuk tablet. Obat ini cukup diberikan 1 kali sehari dengan cara digerus dan dicampur dengan ASI.3

Obat tiroksin perlu dikonsumsi setiap hari agar kadar tiroksin dalam darah tetap stabil. Obat ini jarang sekali menyebabkan efek samping, kecuali bila dosis tidak sesuai dan menyebabkan kadar hormon di darah lebih rendah atau lebih tinggi dari kisaran normal.3

Oleh karena itu, selama mengkonsumsi obat ini, anak perlu rutin kontrol ke dokter untuk memeriksa kadar hormon tiroksinnya. Dengan ini, dokter bisa memantau kondisi anak dan memastikan dosis yang diterima sudah sesuai. 3

Referensi :

  1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Lebih dari 1,2 juta bayi diperiksa kelainan bawaan [Internet]. KEMENKES. 2023 [cited 24 Januari 2024]. Available from: Link File
  2. Yati NP, Utari A, Tridjaja B. Diagnosis dan tata laksana hipotiroid kongenital. IDAI. 2017.
  3. Thaker VV, Leung AM, Braverman LE, Brown RS, Levine B. Iodine-induced hypothyroidism in full-term infants with congenital heart disease: more common than currently appreciated? J Clin Endocrinol Metab. 2014 Oct;99(10):3521-6.
  4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) untuk Bayi Sehat [Internet]. KEMENKES. 2023 [cited 24 Januari 2024]. Available from: Link File 



element element
element grid