Mengenal Peran AMH dan Keterkaitannya dengan Infertilitas
Estimasi waktu membaca : 3 menit
“Kenapa ya hingga sekarang aku masih belum pernah mempunyai anak? Padahal sudah mencoba berbagai cara namun masih gagal juga…”
Kurang lebih begitulah isi singkat dari curhatan seorang teman kepada saya. Tentu diberi momongan adalah suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Karena kehadiran sang buag hati merupakan hadiah terindah bagi pasangan yang sedang membina hubungan rumah tangga. Gelak tawa si kecil mampu membuat suasana 1 rumah menjadi ceria. Namun tentunya selain berserah kepada Tuhan, kita sebagai manusia juga perlu untuk berusaha. Salah satunya adalah dengan melakukan pengecekan terhadap faktor yang mungkin mempengaruhi kesuburan atau fertilitas.
Salah satu pemeriksaan terhadap fertilitas yang belakangan ini mulai popular adalah Anti Mullerian Hormon (AMH). Apa itu dan kapan kita harus mengecek? Mari kita bahas.
Peran Penting AMH dalam Infertilitas Wanita
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), produksi hormon AMH menggambarkan jumlah cadangan sel telur yang terdapat di dalam ovarium wanita.
Saat terlahir, seorang wanita memiliki sekitar 1-2 juta sel telur dalam ovariumnya, yang nantinya akan digunakan sepanjang hidup mereka. Setiap bulan selama siklus menstruasi, sejumlah folikel kecil yang belum matang akan berkembang di dalam ovarium, yang masing-masing mengandung sel telur. Folikel-folikel ini akan merespons hormon reproduksi wanita, seperti estrogen dan progesteron. Jumlah folikel yang belum matang dan berpotensi untuk melepaskan sel telur dapat diukur dengan tes AMH.
Saat menopause, dimana jumlah folikel dan sel telur yang tersisa semakin sedikit, kadar AMH di dalam darah pun akan menurun dan tidak lagi terdeteksi. Oleh karena itulah, hasil pemeriksaan AMH yang rendah menunjukkan berkurangnya cadangan ovarium (low atau diminished ovarian reserve) atau jumlah sel telur yang sedikit. Secara logis, peluang kehamilan menjadi lebih kecil bila jumlah sel telur sedikit. Oleh karena fungsinya inilah, hormon ini kerap dijadikan sebagai indikator kesuburan.
Namun sebetulnya, kadar AMH yang rendah tak selalu didapat pada wanita yang mengalami infertilitas atau sulit hamil. Sebaliknya, studi menemukan bahwa banyak juga wanita tanpa gangguan kesuburan memiliki kadar AMH yang rendah. Oleh karena itulah, diperlukan tes pendamping AMH seperti hormon kesuburan lainnya (LH, estrogen, progesterone) untuk menegakkan diagnosis infertilitas pada seorang wanita.
Kapan Tes AMH Dilakukan dan Apa Manfaatnya?
Tes AMH biasanya dianjurkan oleh dokter ahli fertilitas pada populasi wanita yang sulit hamil atau memiliki kondisi kesehatan yang memengaruhi kemampuan untuk hamil. Tes ini juga kerap direkomendasikan untuk:
- Mencari alasan mengapa menopause terjadi lebih awal dari yang seharusnya (<51 tahun).
- Mengevaluasi penyebab tidak terjadinya menstruasi.
- Mendiagnosis polycystic ovary syndrome (PCOS), salah satu satu penyebab tersering sulit hamil.
- Memonitor kesehatan dan proses pemulihan pada kasus kanker ovarium tertentu atau cedera ovarium pasca terapi radiasi atau pembedahan.
Pada kasus infertilitas, tes AMH bermanfaat untuk:
- Menunjukkan potensi seorang wanita untuk mencapai suatu kehamilan secara alami.
- Memprediksi respon ovarium terhadap proses stimulasi pada program bayi tabung.
- Menentukan ekspektasi yang realistis pada jumlah sel telur yang dapat diambil setelah stimulasi pada program bayi tabung.
Tes AMH bisa dilakukan kapan saja karena kadarnya relatif stabil serta tidak bergantung pada siklus menstruasi.
Hasil AMH saya rendah, apakah nanti bisa naik?
Sayangnya, hingga kini belum ada cara untuk meningkatkan kadar AMH dan jumlah sel telur.
Tetapi, kualitas sel telur dapat dipertahankan dengan tidak merokok, mempertahankan berat badan yang sehat, serta rutin mengonsumsi suplemen vitamin D3. Meski jumlah sel telur sedikit, wanita tetap bisa memiliki sel telur yang sehat, dan ini tentu akan meningkatkan peluang terjadinya suatu kehamilan yang sukses.
Penutup
Tes AMH memberi informasi soal cadangan ovarium atau jumlah sel telur yang dimiliki pada waktu pemeriksaan yang merupakan salah satu indikator kondisi kesuburan wanita. Seiring bertambahnya usia, kadar hormon ini akan menurun.
Referensi :
Amelia F. Apa Hubungannya Kesuburan dengan Tes AMH (Anti-Mullerian Hormone)? [Internet]. Bocah Indonesia. 2021 [cited 23 April 2024]. Available from: Link disini